Tuesday, December 09, 2008

Rasio ku, sajak tak bernada
.....Ketika .....

aku duduk dan termangu …
disela senda gurau kecil dan temaram sinar langkah ku …
melihat riak tawa perjaka muda dan sendu manis madu wanita tergoda
aku terdiam sembari menyungging senyum sedikit terlatih

aku kira di sini
terjauh dalam logika, terpasung sarat makna dan terpekur dalam doa
aku bisa melupakan seulas senyum dan segelam hitam matanya
aku bisa melupa alur langkahnya dan tenang tutur bicaranya

aku salah ...aku jengah … aku meremah …
bubuk, ambruk, meremuk …
hati ini reda tanpa ada kata …
aku membunuh hati untuk pergi
jauh …jauh … jauh sekali …

namun jauh ku untuk bahagia mu
akan kulihat dari kejauhan siluet mu
tak akan ku datang dengan kata dan doa
aku hanya tak akan tahan untuk merasa

cari saja kata bahagia… karena aku tak akan bercerita
cari saja rupa setia .. karena aku hanya lara
cari saja hasrat hatimu … karena dimanapun itu bukan aku
dan ketika itu aku merasa .. aku bukan takdirmu

Kau telah memilih…dan aku pergi meringkih
Separuh hati ku telah hilang … karena kau juga menghilang…

Submitted by Riefa.Ar, The Fear city 3 Dec 06

Thursday, September 18, 2008

Salam Sayang Buat Ibu Ku...

Ibu...
bagaimana kabarmu? bertambahkah uban halusmu? masihkah tidur duduk mu? masihkah malam menyergap ketika kau panjatkan doa untuk kami ketika kami terlena di belenggu mimpi? masihkah kau lincah menghalau nyamuk ktika mereka mengganggu mimpi?masihkah kau tekun menunggu tanak sedap suka kami?

Ibu...
aku tertegun, sudah 2th ku lengkapi hidupmu dengan basuh rindu. terakhir kulihat binar matamu, ketika ku kenakan kebaya dan toga saat wisudaku. Matamu mengalahkan teduh lembah sunyi di dusun ayah. lembut usapan jarimu di kepala mengalah hembusan angin laut ketika ku jejakkan kaki di anjungan kapal saat malam berbintang. terakhir ku cium lembut dan sempat ku basahkan dengan titik air mata punggung tanganku ketika di Bandara SH pertengahan nov 2006. dan ku basuh rasa saat ku tantang panas jakarta ketika ku tengadah ke alam raya melihat Bataviamu mengangkasa. dan aku hanya lirih berkata "Ibu..aku masih Rindu"

Ibu...
sempat kita berbincang bahagia, saat kau tanya rencana...dengan tegas aku berkata ;

"Aku ingin berusaha dulu bu, klo aku pulang aku hanya akan membebani ibu dengan biaya. biarlah ku pendam rindu, dan doakan aku agar bekerja secepatnya..sehingga bisa ku bantu ayah membuat pondok kecil kita. sudah cukup rumah negara itu. doakan aku ya bu."

Namun kala itu tak seperti ku duga...

Ibu...
kau meminta takdirku.."Ade, pulanglah dulu...walau hanya 2 purnama. ibu ingin memelukmu dalam tidur, mengusap kepala mu untuk menghantar mimpi, mendengar bola orange gaduhmu yg selalu kau pantul kan di tiang depan rumah, melihat gigi kecilmu ketika tertawa, mendengar cerita mu yang tak ada habisnya, dan melihat wajah bangun tidurmu, menyuapi mu tatkala tak berselera,ibu ingin takdir bungsu mu saja. setelah itu melanglang buanalah...tapi jangan terlalu jauh. ibu akan tua"

Ibu...
aku terdiam dan sedikit tertawa. aneh juga pintanya...darah mudaku menggelegak "Ibu...kalau aku pulang, akan berapa biaya yg bapak keluarkan. ade sudah cukup sangat merepotkan, biarlah ade di sini menahan diri. tabungan sisa ku akan ku pakai untuk melamar kerja dan menggapai asa. tak banyak memang, tp tak mengapa. aku malu masih merepotkan, meminta..aku seperti keledai malas dlm kisah2."

Ibu...
kau menjawab bijaksana,"Ade...kau dewasa sepertinya. hidup dan kisah telah menempa sedemikian rupa. tapi kau masih lah tetap bungsu ku. masihlah takdirmu. blm lah di sunting lelaki, blmlah di sampaikan mahar, jadi biarlah ibu nikmati sisa bungsu mu...setelah 2 purnama itu,silahkan lah ....kejar mimpi dan jangan lupa beri ibu kabar gembira bahwa kau telah akan ber-walimah" (ucapan terakhirmu....ibu sedikit tertawa)."Ibu tau...ketaatan mu pada ayah untuk tak bercengkrama dengan penyakit hati.keinginan mu untuk mandiri...kau sudah cukup mandiri untuk hidupmu.tp buat ibu, ibu rindu kecilmu, bungsumu, keras kepalamu. tp kalau memang itu pilihanmu, tak mengapa...cukup ingat sajalah rindu ibu. pulanglah ketika lebaran tiba"

Ibu...
ternyata Allah sayang padaku. selalu di liburkan 3 kali ramadhan dr kesibukan dunia untuk sempat membasuh rindu dengan mu. tetap saja aku blm berani pulang, aku malu...aku blm berhasil ibu. tak ingin ku repotkan tabunganmu.

Ibu...
belakangan ku dengar sakitmu. memang kau cuma demam, tp selalu kurasakan kuat rindumu ketika kau menahan panas tubuhmu. hati ini hanya darah yg mengeras, aku luluh...melemah...aku pulang lebaran ini Ibu. ku tahan dan ku enyahkan ego dunia yang membelenggu. aku pulang...ku jemput ibu di negara lembah inspirasi Laskar Pelangi, Belitung. ku lepas kesenangan mu sebagai nenek dr Zaid, Nissa, dan Yahya kecil. lalu ku temani langkah lambanmu menyeberangi menuju Lembah Teduh pulau Bangka.
Ibu...
aku pulang, sesaat ku basuh rindumu, ku cium punggung tanganmu yang harum, dan sujud ku untuk memohon surga.

Ibu...
bungsu ini akan pulang, demi Allah ... aku tidak pulang bukan karena apa2. aku hanya tidak ingin kau buka tabungan mu.hanya itu....

Wednesday, April 02, 2008

bulan krusial .... masa trainee ...ampunnn....deg2an bow!!!
Ketika "Silence Of Beauty" ...(in Memoriam ayahanda dr Bang Theo 31 Maret 2008)
Senin Malam 31 Maret 2008, sekitar 22.57 WIB sms masuk, pesan yg cukup singkat dr Bang Theo ku, "De bpk udh ga ada". kontan (bukan koran!!!) aku kaget! aku binun, dan jantung pun terpompa oleh aliran darah yg sangat kencang. aku hanya terdiam dan bergumam "Abang..." pesan yg sebetulnya sudah aku rasakan sejak sabtu minggu sblmnya.
abang, aku sdkt tau ttg beliau, walaupun hanya ku dengar cerita saja ttg dirinya. walaupun bukan keluarga kandung, tp abang dan keluarganya terasa begitu akrab dg ku. sebuah silaturahmi dan persahabatan yg kata org2 tidak pernah bisa masuk akal. tp inilah realita. sampai dg skg pun tak ada yg berubah ... dia ttp abangku. dan aku ttplah seorang ade kecil utknya. yg terkadang menjadi ajaib bersama, berpikir bersama dan... bergila2 bersama.
Dan setelah pesan pendek itu, esoknya aku mencoba menghubunginya, dari suara bang Theo, dia mencoba utk mempraktekkan Silence of Beautynya, mencoba tegar, dan ikhlas. saat ku tanya perasaannya dia hanya menjawab "yah..ini sudah waktunya, seperti yg pernah aku bilang de. dr kemaren sampe hari ini cuma aku yg blm nangis de" dan abang hanya tertawa lirih.aku tau... abang memang spt itu, pintar mengatur emosi. pdhl aku juga tau...hatinya lbh menangis dr siapapun yg ada di situ.dan sepintas aku jawab "yah...ade tau abang, abang ga akan nangis di saat ini.tp ade bisa ngerasa gmn perasaan abang" dan abang pun menjawab singkat "yah begitulah de..." yah aku sudah tdk sanggup utk lbh banyak bertanya. nantilah bbrp hari k depan aku akan menghubungi lagi.
tabah ya bang ... ade hanya bisa berdoa kecil, "Semoga Bapak diberikan tempat terbaik di sisi tuhan, dan mungkin akan menemani adik laki2 kecil mu yang ada di SANA"