Thursday, September 18, 2008

Salam Sayang Buat Ibu Ku...

Ibu...
bagaimana kabarmu? bertambahkah uban halusmu? masihkah tidur duduk mu? masihkah malam menyergap ketika kau panjatkan doa untuk kami ketika kami terlena di belenggu mimpi? masihkah kau lincah menghalau nyamuk ktika mereka mengganggu mimpi?masihkah kau tekun menunggu tanak sedap suka kami?

Ibu...
aku tertegun, sudah 2th ku lengkapi hidupmu dengan basuh rindu. terakhir kulihat binar matamu, ketika ku kenakan kebaya dan toga saat wisudaku. Matamu mengalahkan teduh lembah sunyi di dusun ayah. lembut usapan jarimu di kepala mengalah hembusan angin laut ketika ku jejakkan kaki di anjungan kapal saat malam berbintang. terakhir ku cium lembut dan sempat ku basahkan dengan titik air mata punggung tanganku ketika di Bandara SH pertengahan nov 2006. dan ku basuh rasa saat ku tantang panas jakarta ketika ku tengadah ke alam raya melihat Bataviamu mengangkasa. dan aku hanya lirih berkata "Ibu..aku masih Rindu"

Ibu...
sempat kita berbincang bahagia, saat kau tanya rencana...dengan tegas aku berkata ;

"Aku ingin berusaha dulu bu, klo aku pulang aku hanya akan membebani ibu dengan biaya. biarlah ku pendam rindu, dan doakan aku agar bekerja secepatnya..sehingga bisa ku bantu ayah membuat pondok kecil kita. sudah cukup rumah negara itu. doakan aku ya bu."

Namun kala itu tak seperti ku duga...

Ibu...
kau meminta takdirku.."Ade, pulanglah dulu...walau hanya 2 purnama. ibu ingin memelukmu dalam tidur, mengusap kepala mu untuk menghantar mimpi, mendengar bola orange gaduhmu yg selalu kau pantul kan di tiang depan rumah, melihat gigi kecilmu ketika tertawa, mendengar cerita mu yang tak ada habisnya, dan melihat wajah bangun tidurmu, menyuapi mu tatkala tak berselera,ibu ingin takdir bungsu mu saja. setelah itu melanglang buanalah...tapi jangan terlalu jauh. ibu akan tua"

Ibu...
aku terdiam dan sedikit tertawa. aneh juga pintanya...darah mudaku menggelegak "Ibu...kalau aku pulang, akan berapa biaya yg bapak keluarkan. ade sudah cukup sangat merepotkan, biarlah ade di sini menahan diri. tabungan sisa ku akan ku pakai untuk melamar kerja dan menggapai asa. tak banyak memang, tp tak mengapa. aku malu masih merepotkan, meminta..aku seperti keledai malas dlm kisah2."

Ibu...
kau menjawab bijaksana,"Ade...kau dewasa sepertinya. hidup dan kisah telah menempa sedemikian rupa. tapi kau masih lah tetap bungsu ku. masihlah takdirmu. blm lah di sunting lelaki, blmlah di sampaikan mahar, jadi biarlah ibu nikmati sisa bungsu mu...setelah 2 purnama itu,silahkan lah ....kejar mimpi dan jangan lupa beri ibu kabar gembira bahwa kau telah akan ber-walimah" (ucapan terakhirmu....ibu sedikit tertawa)."Ibu tau...ketaatan mu pada ayah untuk tak bercengkrama dengan penyakit hati.keinginan mu untuk mandiri...kau sudah cukup mandiri untuk hidupmu.tp buat ibu, ibu rindu kecilmu, bungsumu, keras kepalamu. tp kalau memang itu pilihanmu, tak mengapa...cukup ingat sajalah rindu ibu. pulanglah ketika lebaran tiba"

Ibu...
ternyata Allah sayang padaku. selalu di liburkan 3 kali ramadhan dr kesibukan dunia untuk sempat membasuh rindu dengan mu. tetap saja aku blm berani pulang, aku malu...aku blm berhasil ibu. tak ingin ku repotkan tabunganmu.

Ibu...
belakangan ku dengar sakitmu. memang kau cuma demam, tp selalu kurasakan kuat rindumu ketika kau menahan panas tubuhmu. hati ini hanya darah yg mengeras, aku luluh...melemah...aku pulang lebaran ini Ibu. ku tahan dan ku enyahkan ego dunia yang membelenggu. aku pulang...ku jemput ibu di negara lembah inspirasi Laskar Pelangi, Belitung. ku lepas kesenangan mu sebagai nenek dr Zaid, Nissa, dan Yahya kecil. lalu ku temani langkah lambanmu menyeberangi menuju Lembah Teduh pulau Bangka.
Ibu...
aku pulang, sesaat ku basuh rindumu, ku cium punggung tanganmu yang harum, dan sujud ku untuk memohon surga.

Ibu...
bungsu ini akan pulang, demi Allah ... aku tidak pulang bukan karena apa2. aku hanya tidak ingin kau buka tabungan mu.hanya itu....