Saturday, June 17, 2006



malam...aku takut kmu!
Wahai angin malam nan melembut, dengarlah aku memuji sangka mu. Malam ini kesendirianku kerap terakar. Ntah akan tampak lugas apa justru kan sombong menipu? Kadang aku kerap memaksa mendustakan diri. Aku benci ketidakbenaran dalam anggapan. Tapi siapa yang tahu kalau otak ku menganggap akan kebenaran. Ahh…letih aku menghadapi tanya dalam hati. Hai darah kerasku….tolong, jangan tanya kebenaran itu disini?! Dan jangan malam ini. Nafsu manusia ku sedang menyelimuti ku. Lelah aku memaknai kebenaran. Semua itu senantiasa menyingkupi ruang pikirku. Tolong letihku sedang memasuki titik kulminasi dalam pencarian malam.
Malam…semua itu begitu menakutkan, aku tak penah suka akan malam. Malam membuatku takut akan kebatasan ruhku untuk menjemput pagi.
Pagi…jawab kulminasi kebuntuanku, akankah malam memberitakan padaku akan jatah usiaku esok? Takkan ku tanya pada rumput yang katanya bergoyang. Sejak aku merasakan ingin tahuku, selalu ku seksamakan dia, dan berita punjangga itu palsu! Cuihhh… mana? Secara ilmiah pun, rumput tak pernah bergoyang. Jangan beritakan padaku kalau itu alibi sebuah cinta tak bersegi. Amati pake mata Bung! Dengan seksama! Rumput tak pernah bisa bergoyang! Hai manusia terbodohi, ayo bangun! Jangan Cuma merasakan kepintaran tak berarti, buktikan dengan diri, dan harus kau cermati. Beritakan pada dunia semua kebenaran itu, jangan kau bodohi agar kau tenar.
Dan akan kulanjutkan sekarang…kawan, aku ketakutan sekali. Malam terasa memenjarakan batinku, tak kah tahu? Setiap malam datang, banyak orang ketakutan. Tak berani begini, tak berani begitu. Malam hanyalah malam, kebetulan dia berpasangan dengan siang. Tapi, malam begitu menyeringai mental hatiku, kapan malam kan menyinggahiku dengan berita yang sedikit menyenangkan?! Malam mengingatkan ku akan kematian, yah kematian. Mati itu gelap, gulita, tak bisa kurasakan kesempurnaan indraku. Mati itu adalah kebencian, dia tak pernah memberikan kabar. Kau tahu kawan? Selayaknya penciptaan…dia harus beritakan kedatangannya. Tapi lagi-lagi malam mengingatkan tamu tak diundang. Kematian mengikutiku setiap saat, mengalah detik dalam hidupku. Aku selalu was-was..layaknya palu godam kebenaran akan semua rasa kebohongan yang terlakukan. Detikku penuh ketakutan, layaknya malam. Malam senantiasa mematikanku.
Tolong tuhan… mana semua pamrih itu? Apa yang akan kau ajarkan pada hidupku? Aku mematuhimu, kenapa mereka tak mengerti? Semua rasa yang telah menggigit? Pahala dan dosa, apa arti semua keabstrakan itu? Ayo jawab… tolonglah, aku bodoh malam ini! Tak kau dengar darah kerasku bicara? Kau menciptakanku.. tolong pahami aku. Aku ingin berkawan, karena aku takut akan malam. Temani aku dengan sesosok dan sebenda makhluk ciptaanmu. Kau menggariskan semua itu, berikan aku satu saja. Aku mohon. Dengan sangat!
Aku takut malam, aku takut merindukan dia yang ku cari, aku takut akan rasaku yang kulatih untuk mati, aku takut bimbang akan keputusan hidupku. Aku takut akan sangsi asas kesendirianku, karena ketak yakinanku akan sebuah kesendirian. Tolong, aku takut malam! Malam begitu menyadarkan ku akan sebuah rasa. Aku takut menyadari kebimbanganku, aku takut malam menjemput kelajanganku.
Aku takut … aku masih bingung, tolong jangan sadari aku secepat ini. Tapi semua terlambat, malam kembali mengakrabiku dengan sangat. Aku kalah…. Tuhan, tertawakah kau akan aku? Gembirakah kau? Aku tahu… aku sadar … kau hanya mengeluarkan satu pertaksebatas makna hikmah penciptaanmu. Aku tahu …kau baik, hingga kusadari… tuhan ajari aku untuk tetap bersamamu, aku tak punya siapa-siapa, aku bukan apa-apa, aku hanya sebuah ruh yang terizinkan. Aku adalah it… bukan whom.
Terimakasih telah menakutkan ku dengan kedahsyatan lempung busuk dan darah keras ini. Dan kemaha agungan sebuah malam. Tuhan, rindukan aku akan semua ketakutan ini, rindukan aku dengan semua rasa keresahan, gulungkan hidupku dengan ketakutan, hidupkan aku dengan sebuah kekecilan rasa. Kau tahu tuhan, aku resah.. aku ingin bahagia tanpa rasa ketakutan, lengkapi aku dengan rasa kelengkapan, hidup dan matikan jiwaku, agar aku terizin kelangitmu. Biarkan aku tak taklukan malam Mu, agar masih ada kesempatan menikmati sujud malamku, biarkan aku terlatih menanti panggilan Subuhmu, biarkan aku resah akan pagiku, biarkan lah tuhan …
Ketika keresahan itu datang… biarkan, ternyata bahagia datang menghampiriku. Bahagia akan kerinduanku. Izinkan malam untuk terus menakuti seluruh darah kerasku. Biarkan malam menjemput sholat malamku, biarlah… resah menggulung ketakutan akan kedatangan ajalku. Malam tak berkabut, hanya pagi yang begitu. Biarkan malam tanpa suara, biarkan malam dengan keangkuhannya…aku kan merasa butuh Mu. Tuhan biarkan aku merindumu ketika kegelisahan itu datang. Aku senang dan bahagia..karena ketakutanku selalu menuntunku akan kebesaran Rabb ku…
Yah aku takut malam, tapi aku pasti merasakan kegelapan..kau tahu! Aku pasti mati, tapi aku tak kan menggelapkan siang, namun akan kuterangkan dengan obor sholatku ketika kegelapan malam itu datang.

No comments: